aku, diantara yang berjalan di atas punggung bumi, untuk terus BELAJAR

-Addy Aba Salma-

15 September 2010

Seperti Berpuasa Setahun

Puasa Enam Hari Bulan Syawwal
Oleh: Ust.Syarifuddin Musafa, MA.


Landasan disyariatkannya

Yang dimaksud puasa enam adalah puasa sunnah enam hari dibulan syawwal, yang biasa dikejakan oleh kaum muslimin bedasarkan sunnah Rasulullah saw dalam salah satu sabdanya, Rasulullah menjelaskan bahwa siapa yang mengerjakan puasa enam hari di bulan syawal maka seperti berpuasa setahun, sabda Beliau : “Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian diikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka seperti berpuasa setahun”. (Diriwayatkan oleh ahli hadits yang lima kecuali Bukhari dan Nasa’i).

Cara mengerjakannya

Cara mengerjakan puasa enam hari di bulan Syawal ini seperti mengerjakan puasa sunnah lainnya dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Mengenai hari-harinya bisa dilakukan tiga cara yaitu :

  1. Dikerjakan langsung setelah hari Raya dan berurutan dari tanggal 2 sampai tanggal 7 bulan Syawal.
  2. Dikerjakan berturut-turut atau berselingan dalam bulan Syawal.
  3. Tidak dikerjakan langsung setelah lebaran Idul Fitri, akan tetapi sebelum hari putih (tanggal 13,14, dan 15 bulan Syawal), atau sesudah tiga hari dari hari putih.
Dari ketiga cara tersebut, menurut Syafi’iyyah dan Hanafiyah cara pertamalah yang lebih afdhal (baik), sedang menurut Ahmad, sama saja antara yang dikerjakan bertutur-turut dan berseling.

Faedah Mengerjakannya

Diantara faedah mengerjakan puasa enam adalah :

  1. Mendapatkan pahala puasa setahun jika dikerjakan dengan baik bersama puasa Ramadhannya sebagaimana dijelaskan sabda Rasul tersebut diatas. Analisa rasionalnya berdasarkan firman Allah dalam surat Al-An’am 160 : “Barangsiapa beramal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat, dan barangsiapa berbuat kejahatan maka ia tidak diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya”.
  2. Puasa Ramadhan merupakan amal kebajikan, maka akan dibalas dengan sepuluh kali lipat menjadi sepuluh bulan. Puasa enam hari dibulan Syawal dibalas pula menjadi enam puluh hari atau dua bulan. Jika dijumlahkan seluruhnya sepuluh bulan dan dua bulan maka lengkaplah satu tahun. Karena itu puasa tersebut seperti puasa setahun.
  3. Puasa Enam ibarat shalat sunnah rawatib yang mengikuti shalat fardhu, dimana shalat itu melengkapi kekurangan yang terdapat dalam shalat fardhu, maka puasa enam pun berfungsi melengkapi kekurangan-kekurangan yang terjadi pada puasa fardhu dibulan Ramadhan.
  4. Sebagai tanda tasyakur seorang hamba terhadap ni’mat yang dikaruniakan Tuhannya.
  5. Menanamkan suatu perngertian bahwa amal-amal untuk mendekatkan diri dibulan Ramadhan tidak berhenti dengan selesainya bulan itu. Tetapi masih banyak lagi perbuatan-perbuatan baik dibulan lain sebagai tanda tulus seorang hamba dalam melaksanakan perintah Tuhannya.
dari koleksi copas artikel pribadi, sumber http://alhikmah-online.com

10 Agustus 2010

Anugerah Nikmat Terindah

oleh: Addy Aba Salma

Allahu Akbar… Allahu Akbar… kumandang adzan maghrib satu Ramadhan mengalun terdengar. Mengawali hari dalam bulan yang bertabur keberkahan didalamnya. Awal waktu shalat Maghrib itu adalah awal dari perhitungan hari dalam kalender hijriah. Dari awal waktu ini Allah SWT membuka gerbang pintu keberkahan-Nya, gerbang pintu bulan Ramadhan yang senantiasa di tunggu kedatangannya bagi mereka yang merindu. Terhampar luas berjuta keutamaan di dalamnya.

Merindu dari bulan-bulan sebelumnya. Rasulullah SAW pun merinduinya. Sedari bulan Rajab beliau senantiasa berdo’a, “Allahumma bariklana fi rajab wa sya’ban wa balighna ramadhan…” Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.

Tak ada satu kalimat pun yang selayaknya kita ucapkan dari lisan kita, kecuali kalimat puja dan puji atas rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah nikmat terindah-Nya kepada kita semua, untuk dapat merasakan kembali Bulan Ramadhan tahun ini. Anugerah nikmat terindah yang harus kita benar-benar syukuri, karena begitu luas terbuka peluang bagi kita untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita.

Bertemankariblah dengan Ramadhan. Berteman karib dengan amaliah-amaliah Ramadhan yang dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, dengan shalat berjamaah di masjid, tilawah al Qur’an, qiyamullail dan amaliah-amaliah lainnya. Supaya tidak tersiakan hari-hari yang penuh dengan keberkahan itu kita lalui. Dan tentunya apa yang kita lakukan itu adalah bentuk dari rasa syukur kita atas nikmat disampaikannya umur kita bertemu dengan bulan Ramadhan kembali.

Tetapi banyak kita saksikan di bulan Ramadhan di tahun-tahun yang lalu dan mungkin juga di Bulan Ramadhan sekarang ini, mereka yang tidak berusaha memanfaatkan waktu yang ada untuk mencoba dekat kepada Allah SWT dengan beribadah kepada-Nya. Mereka merasa cukup dengan puasa saja, tanpa menambahkannya dengan macam-macam amaliah Ramadhan lainnya.

Banyak kita saksikan juga, mereka sebenarnya berpuasa tetapi tidak dapat menjaga pandangannya, tidak bisa menjaga lisannya, dan tidak bisa menjaga dari hal-hal yang dapat mengurangi nilai ibadah puasa. Mereka hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Semoga kita bukanlah termasuk didalamnya.

"Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja…". (HR. Ahmad)

Banyak kita saksikan juga, mereka yang terang-terangan tidak melakukan ibadah puasa. Mereka bukan non muslim, mereka muslim. Tetapi mereka tidak terpanggil dengan seruan Allah dalam surat Al Baqarah ayat 183, seruan menjalankan ibadah puasa. Hati mereka tertutup dari cahaya kebenaran. Semoga Allah SWT membukakan pintu hidayah-Nya kepada mereka.

Alhamdulillah walhamdulillah tsumma alhamdulillah, Ramadhan yang di rindu itu telah menjelang. Anugerah nikmat terindah itu telah kita rasakan, disampaikannya umur kita ke dalam bulan Ramadhan. Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat memanfaatkan nikmat waktunya untuk senantiasa mendekatkan diri dan beribadah kepada Allah SWT, dan semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang bertaqwa. Amin…

Wallahu a’lam

06 Agustus 2010

Ramadhan Sarana Untuk Meraih Kesuksesan Dunia dan Akhirat

Copas dari sebagian artikel : Ust. Rikza Maulan, Lc., M.Ag

Tidak berlebihan manakala disebutkan bahwa ramadhan merupakan bulan untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Karena segala sarana untuk mendapatkan kesuksesan, semuanya terdapat di bulan ini, diantaranya adalah :

a. Karena Ramadhan merupakan sebuah “training” yang akan menghasilkan “sarjana-sarjana” ketaqwaan kepada Allah SWT. Dan modal kesuksesan yang paling penting adalah ketakwaan. Allah SWT berfirman (QS. Al-Baqarah/ 2 : 182) : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

b. Karena Ramadhan merupakan bulan diturunkannya Al-Qur’an, sedangkan Al-Qur’an merupakan dasar pijakan untuk meraih kesuksesan dunia & akhirat: Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al-Baqarah/ 2 : 185)‏

c. Karena Ramadhan Merupakan Bulan Yang penuh keberkahan, sedangkan kesuksesan tidak akan berarti tanpa adanya faktor keberkahan. Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan keberkahan,... (HR. Nasa’i)‏

d. Karena Ramadhan Merupakan Bulan dihapuskannya segala dosa dan kesalahan. Dan sukses apalagi yang lebih berharga dibandingkan dengan dihapuskannya segala dosa. Rasulullah SAW bersabda, dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW berasabda, “Shalat lima waktu, dari jum’at ke jum’at dan dari Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa-dosa diantara keduanya, selama seseorang menghindari dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)‏

e. Karena Ramadhan Merupakan Bulan Dibukanya Pintu-Pintu Surga dan Ditutupnya Pintu-Pintu Neraka. Terhindar dari azab neraka serta dimasukkan ke dalam surga merupakan bentuk sukses yang hakiki. Rasululllah SAW bersabda “Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan,... Pada bulan ini dibuka pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, serta dibelenggunya syaitan... (HR. Nasa'i)

f. Karena di bulan Ramadhan, Allah sendiri yang akan langsung memberikan pahala-Nya kepada Sha’imin. Kesuksesan yang sejati adalah manakala kita diberi anugerah oleh Dzat yang Maha Pemberi Kesuksesan. Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW bersabda, bahwa Allah SWT berfirman, “Puasa adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan (langsung) memberikan pahala kepada orang yang berpuasa. ” (HR. Bukhari)‏

g. Ramadhan Merupakan Bulan dibukakannya Kemenangan-Kemenangan Umat Islam. Sejarah menggambarkan kepada kita, banyak kemanangan-kemenangan Islam, Allah SWT berikan di bulan Ramadhan, diantaranya adalah kemenangan Perang Badar Kubra (Th. 2 H)‏, Persiapan Perang Ahzab dan Penggalian Parit (Selesai bulan Syawal th. 5 H)‏, Fathu Makah (th. 8 H), Perang Tabuk (th. 9 H)‏, Kemenangan Thariq bin Ziyad (Th. 92H).

h. Ramadhan Merupakan Bulan Ditambahnya Rizki Orang-Orang Beriman. Di bulan Ramadhan, Allah SWT membukakan pintu-pintu rezekinya kepada para hambanya; Supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (QS. An-Nur/ 24 : 38)‏

i. Karena Allah SWT menyediakan satu pintu surga, khusus untuk orang-orang yang berpuasa. Selain mendapatkan berbagai benefit dan kemuliaan, puasa akan mendapatkan balasan berupa surga yang khusus diberikan hanya kepada orang- orang puasa : Dari Sahl ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga terdapat satu pintu yang disebut Arrayan. Masuk dari pintu tersebut orang-orang yang berpuasa pada hari kiamat. Tidak akan seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut selain mereka.” Dikatakan, “Dimanakah orang-orang yang puasa?” Lalu mereka berdiri dan tidak dapat masuk kecuali mereka. Apabila mereka telah masuk, pintu tersebut ditutup, dan tidak seorang pun masuk selain mereka.” (HR. Bukhari)