aku, diantara yang berjalan di atas punggung bumi, untuk terus BELAJAR

-Addy Aba Salma-

20 Maret 2010

Usia 13 Tahun Menjadi Hafidz

oleh : Addy Aba Salma

“Anak ana (saya) tadi malam sudah khatam”, begitu kata Pak Iwan (bukan nama sebenarnya), yang terlihat wajahnya sangat senang sekali ketika mengabarkannya. Bagaimana tidak, anaknya Farhat (bukan nama sebenarnya) yang baru berumur 13 tahun itu sudah khatam menghafal Al Qur’an. Ya… anaknya yang baru berumur 13 tahun tersebut sudah khatam menghafal Al Qur’an 30 Juz. Khatam hafalannya bertepatan dengan hari lahirnya yang ke 13 tahun.

Kemudian Pak Iwan memperdengarkan beberapa rekaman di HP nya murotal yang dibawakan oleh Farhat, kakak dari 2 orang adik-adiknya. Subhanallah… bagus sekali suaranya tidak seperti anak yang baru berumur 13 tahun, gumamku dalam hati. Menyusul adiknya yang kedua Farhan (bukan nama sebenarnya), juga akan di kader menjadi seorang Hafidz, yang kini baru menghafal 1 juz Al Qur’an.

Sebelum disekolahkan di SMP Islam Terpadu, ketika masih di SD Islam Farhat sudah hafal 6 Juz, sisanya ia khatamkan ketika di SMP Islam Terpadu, yang sekarang baru duduk di kelas 2 SMP. Dan Pak Iwan pernah bercerita memang di dalam keluarganya, beliau senantiasa mengajak seluruh keluarganya, istri dan anak-anaknya bahkan pembantunya untuk membiasakan tidak meninggalkan untuk membaca Al Qur’an. Dan jadwal membaca Al Qur’an bersama dalam keluarganya adalah selepas shalat Maghrib, setiap harinya.

Hasil dari pendidikan yang ia terapkan kepada keluarga khususnya kepada anak-anaknya membuahkan hasil. Anak-anaknya senang membaca Al Qur’an, dan meningkat bukan hanya untuk membacanya saja tetapi juga untuk menghafalnya. Tentunya juga mencoba untuk mengamalkannya.

Pak Iwan tidak hanya menyuruh anaknya untuk membaca dan mempelajari Al Qur’an, tetapi beliaupun mencontohkannya terlebih dahulu. Beliau juga membaca dan mempelajari Al Qur’an bersama-sama Istri dan anak-anaknya. Dari contoh itulah yang akhirnya anak-anaknya mengikuti dari kebaikan yang ada pada kedua orang tuanya.

Saya pun teringat cerita Pak Iwan beberapa tahun yang lalu tepatnya di bulan Ramadhan ketika ia mendapat jadwal kultum di musholla kantor. Beliau bercerita bahwa ketika anak pertamanya itu masih dalam kandungan ibunya, Dokter yang memeriksa kesehatan kehamilan Istrinya mengabarkan bahwa terdapat kelainan yang di alami oleh janin di dalam kandungan. Oleh karenanya ketika anaknya nanti lahir, akan mengalami kelainan atau kecacatan.

Dokter menyarankan untuk mengaborsi kandungan istrinya. Terlihat berkaca-kaca mata Pak Iwan menceritakan pengalamannya ketika istrinya mengandung anak pertamanya tersebut. Tetapi Pak Iwan tidak mengikuti apa yang disarankan oleh Dokter. Ia serahkan segalanya kepada Allah SWT. Walaupun ketika lahir nanti anaknya akan ada kelainan atau cacat ia akan terima. Daripada harus mengaborsi kandungan, yang sama saja itu dengan membunuh.

Dan akhirnya anak pertamanyapun lahir, diberikannya nama Farhat. Dalam perjalanan pertumbuhannya apa yang dikatakan oleh Dokter itu tidaklah menjadi kenyataan. Malah sebaliknya anak itu tumbuh menjadi anak yang pintar, berprestasi gemilang di kelas. Dan prestasi yang sangat membanggakan itu adalah kini anaknya menjadi seorang Hafidz (hafal Al Qur’an) di usianya yang ke 13 tahun. Usia yang belumlah masuk usia dewasa, tetapi masih dalam usia anak-anak.

Alhamdulillah, keberkahan selalu akan mengiringi. Farhat dijanjikan oleh Ustadz pengasuhnya di SMP Islam Terpadu, jika telah hafal 30 juz akan diberangkatkan Umroh ke tanah suci.

08 Maret 2010

Akhirnya Tiba

oleh: Addy

Melalui taaruf kumengenal dirimu
Dikaupun akhirnya mengenal diriku
Dalam rangka untuk menempuh hidup baru
Bersama menjadi cita menggapai ridho-Nya

Istikharah kulakukan untuk menetapkan hati
Memohon petunjuk Ilahi atas pilihan
Dan ternyata dikau adalah belahan jiwa
Yang ku nanti untuk bersama arungi bahtera

Reff:
Hari itu pun akhirnya tiba
Akadpun terlantunkan
Sujud syukurku pada-Mu
Semoga keberkahan Engkau limpahkan
(Oh ayah oh ibu
Terima kasih atas doa restumu)

Kuucapkan syukur pada-Mu Rabbi
Atas rahmat yang kau berikan pada kami
Bimbinglah kami jagalah kami
Dalam bahtera yang akan kami jalani

***

Hari ini 5 tahun yang lalu, 8 Maret 2005
Kisahku dalam untaian kata syairnasyid,
Doakan semoga senantiasa berada dalam naungan keberkahan-Nya

Amin...

01 Maret 2010

Ghirah (Semangat) Seorang Kakek Tua

oleh: Addy Aba Salma

Lima tahun yang lalu saya mengenal sorang kakek yang berumur kurang lebih 90 tahunan. Saya mengenalnya karena saya menikahi salah satu cucu dari kakek tersebut. Semenjak 4 tahun lalu beliau sudah menjadi Kakek Buyut dari anak saya. Kakek itu bernama Sadi. Saya biasa memanggilnya Bapak Sadi, karena memang cucu-cucu beliau memanggilnya Bapak Sadi. Panggilan untuk Kakek di dalam keluarga Istri saya adalah Bapak. Bapak Sadi adalah sesepuh di kampung tempat dibesarkannya istri saya, Desa Angrit Kampung Leuwiipuh, Lebak Banten. Butuh waktu 3 s.d 4 jam dari Terminal Pakupatan Serang untuk sampai ke Desa ini dengan menggunakan jasa angkutan umum jurusan Serang-Malimping.

Bapak Sadi menurut saya adalah sosok kakek yang terdapat keteladanan pada dirinya. Dalam keadaannya yang sudah renta ia masih senantiasa memiliki ghirah (semangat) dalam beribadah. Shalat 5 waktu dikerjakannya di awal waktu ketika adzan terdengar berkumandang. Karena kerentaannya memang beliau sudah tidak kuat lagi berjalan jauh untuk mendatangi mushola tetapi beliau lakukannya di rumah, kecuali shalat jum’at beliau masih memiliki semangat untuk berangkat ke Masjid yang biasanya di bonceng motor oleh menantunya yaitu Ayah dari Istri saya. Karena masjid yang ada untuk melakukan sholat Jum’at ada di Desa tetangga yang jaraknya lebih kurang 1 kilo meter dari rumah Bapak Sadi.

Selain shalat 5 waktu itu, beliau juga senantiasa melaksanakan shalat dhuha dan membaca Al Qur’an di setiap pagi dan sore hari. Al Qur’an yang beliau baca itu selalu ada di atas meja tamu, dan memang beliau biasa membacanya di ruang tamu. Dan pemandangan itu sangat jelas terlihat oleh saya dari depan teras rumah orang tua istri saya.

Dalam waktu yang sudah memasuki usia senja beliau benar-benar memanfaatkan waktunya untuk tidak melewatkan ibadah yang masih sanggup beliau lakukan. Itu beliau lakukan bukan karena usia yang sudah memasuki usia senja, tetapi memang semasa mudanya beliau juga adalah orang yang selalu mencoba untuk berbuat baik dan beramal sholeh. Semasa kecil cucu-cucunya diantaranya istri saya, adalah beliau yang mengajarkan mereka supaya lancar dalam membaca Al Qur’an.

Setiap kali saya berkesempatan pulang kampung ke rumah orang tua istri untuk bersilaturrahim ketika Idul Fithri atau hari-hari libur panjang, saya singgah juga kerumah Bapak Sadi yang memang rumahnya tidak jauh karena bertetanggaan dengan rumah orang tua istri. Kebiasaannya itu masih saja beliau lakukan, sholat tepat waktu, sholat dhuha dan membaca Al Qur’an.

Subhanallah... ada keberkahan yang diberikan Allah SWT kepada Bapak Sadi. Ketika musim kemarau datang, kemarau yang berkepanjangan, sumur-sumur warga desa menjadi kering. Tidak ada sumber air untuk keperluan sehari-hari, tetapi tidak jauh di belakang rumah Bapak Sadi tetap mengalir sumber mata air. Yang hampir semua warga Desa mengambil keperluan airnya dari sumber mata air tersebut. Untuk keperluan mandi dan juga mencuci pakaian.

Yang mengatakan ada keberkahan itu adalah Ustadz Samson Rahman, penterjemah buku Best Seller La Tahzan. Ustadz Samson Rahman adalah suami dari salah satu cucu Bapak Sadi. Istri dari Ustadz Samson Rahman adalah saudara sepupu dengan istri saya. Ketika hari Idul Fithri memang biasanya kami berkumpul di rumah Bapak Sadi untuk bersilaturrahim keluarga. Dalam kesempatan itu juga saya sempatkan untuk berdiskusi ringan kepada Ustadz Samson Rahman yang biasa saya panggil Kak Samson.

***

Saya mencoba untuk intropeksi diri, berkaca pada seorang Bapak Sadi, seorang kakek yang hampir satu abad hidup di dunia ini, yang tetap dalam ghirah (semangat) beribadah walaupun telah renta badan termakan usia, walaupun telah putih seluruh rambut tak bersisa hitam, walaupun telah keriput kulit tak lagi kencang, walaupun terkadang datang sakit-sakitannya seorang tua. Bagaimana dengan saya yang masih muda dalam usia, yang masih hitam seluruh rambut, yang masih kencang kulit menutupi tulang, yang masih banyak sehat daripada sakitnya. Seharusnya ghirah (semangat) beribadah yang ada pada diri ini, haruslah melebihi ghirah (semangat) seorang kakek tua, Bapak Sadi.

Teringat akan sabda Rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya” (HR. Ahmad). Semoga sisa nikmat umur yang entah sampai kapan akan diberikan-Nya, tergunakan dalam rangka untuk senantiasa berbuat baik dan beribadah kepada-Nya. Untuk menyongsong hari yang pasti, hari dimana ajal kan datang menghampiri, dan setiap manusia di dunia ini tanpa terkecuali akan merasakannya.

Tiada daya kekuatan setiap hamba dalam menjauhi maksiat, dan tiada daya kekuatan setiap hamba dalam melakukan keta’atan, kecuali atas pertolongan-Mu Ya Allah. Laa haw laa Walaa Quwwataa Illa Billahi ’Aliyil ’Adzim. Amiin...

Wallahu’alam