oleh: Addy Aba Salma
Dapat digunakan untuk bertawasul
Ada sebuah riwayat yang lebih kurang seperti yang akan saya ceritakan dibawah ini:
Kisah ini adalah kisah tentang 3 orang pemuda yang sedang dalam perjalanan. Karena mereka kemalaman mereka bersitirahat di dalam goa, yang tidak lama kemudian tiba-tiba jatuh sebuah batu besar dari atas bukit dan batu itu menutupi mulut goa sampai akhirnya mereka tidak bisa keluar dari dalam goa. Dan mereka berkata tidak ada yang dapat menolong kita dari musibah ini, kecuali kita tawassul kepada Allah dengan amalan-amalan shalih yang ikhlas yang pernah kita kerjakan.
Pemuda pertama berdo’a kepada Allah, Ya Allah saya memiliki orangtua dan saya biasa memberikan susu untuk kedua orangtuaku, saya selalu mendahulukan memberikan susu kepada kedua orangtuaku sebelum aku berikan juga kepada keluargaku dan yang lainnya. Suatu hari saya lupa memberikan susu kepada kedua orangtuaku karena mengembala ternak, dan saya ingin memberikan susu kepadanya ternyata mereka sudah tidur, aku tidak ingin membangunkannya biar aku tunggu hinga fajar, padahal anak-anakku saat itu sedang menangis untuk di berikan susu, karena aku belum meberikan dahulu kepada kedua orang tuaku maka aku tidak memberikan susu itu kepada anakku. Ketika orangtua bangun dari tidurnya diwaktu fajar langsung aku berikan susu itu kepadanya. Ya Allah jika perbuatan aku itu perbuatan yang engkau nilai ikhlas karena Mu, maka tolong keluarkan aku dari goa ini. Maka bergeser batu yang menutupi goa itu sedikit.
Pemuda kedua berdo’a juga kepada Allah, Ya Allah saya sangat menyukai anak gadis paman saya. Karena aku sangat menyukainya aku mengajak dia untuk berzina dengan aku, tetapi ia selalu menolak. Pada suatu saat ia membutuhkan uang dan meminta bantuan dariku. Aku mau membantunya asalkan dia mau meyerahkan dirinya kepadaku, dan ia menyetujui. Aku suruh ia untuk datang kepadaku pada malam hari dan ia pun datang kepadaku. Ketika aku ingin menidurinya dan ia pun berkata “Takutlah engkau kepada Allah”, akupun tersadar dan aku tidak jadi melakukannya dan aku tinggalkan dia. Ya Allah jika kesadaranku untuk tidak melakukan perbuatan zina itu Ikhlas karena Engkau ya Allah, maka tolong keluarkan aku dari sini. Maka bergeser batu yang menutupi goa itu sedikit.
Pemuda ketigapun juga berdo’a kepada Allah, Ya Allah saya adalah seorang majikan dan mempunyai beberapa orang yang bekerja kepada saya, saya memberi gaji kepada mereka semua. Pada suatu hari saya memberikan gaji kepada mereka, tetapi ada seorang pekerja saya yang tidak datang mengambil gaji. Dan gaji orang tersebut saya belikan ternak dan di gembalakan oleh seorang pengembala sampai akhirnya berkembang biak ternak tersebut. Dan pada suatu ketika datanglah pekerja saya yang belum mengambil gaji itu untuk mengambil gajinya yang dulu. Dan saya tunjukkan ternak-ternak yang sudah berkembang biak beserta pengembalanya itu, saya katakan kepadanya “Itu semua ternak-ternak milikmu”, orang tersebut tidak percaya dan berkata “Tuan jangan mempermainkan saya”, “Saya tidak mempermainkan anda betul itu semua milik anda”. Dan akhirnya di ambilnya ternak-ternak itu semuanya. Ya Allah jika itu perbuatan yang engkau nilai ikhlas, maka tolong keluarkan aku dari sini. Maka bergeser batu yang menutupi goa itu sedikit.
Karena mulut goa yang tertutup batu itu sudah bisa untuk dilewati, akhirnya mereka dapat keluar dari goa tersebut dengan selamat.
(Diriwayatkan oleh Bukhari Muslim) terdapat dalam Kitab Hadist Riyadhus Shalihin Bab Niat Ikhlas
Dari kisah diatas dapat kita ambil hikmah, sebuah amalan yang kita lakukan dengan ikhlas dapat menjadi wasilah terkabulnya do’a yang kita panjatkan, larangan Allah yang kita tinggalkan dengan ikhlas juga dapat menjadi wasilah terkabulnya do’a yang kita panjatkan, amanah yang kita laksanakan dengan penuh keikhlasan juga dapat menjadi wasilah terkabulnya do’a yang kita panjatkan. Dan kisah dari hadist diatas para ulama menjadikan hadist itu dalil bahwa kita boleh berdo’a dengan bertawasul dengan amalan yang kita lakukan dengan ikhlas.
Terhindar dari penyesatan iblis
Iblis berusaha untuk mencoba menggoda manusia dari segala penjuru arah, dari depan, belakang, kanan dan kiri kita supaya kita tidak bersyukur (taat) kepada Allah SWT. Dan iblis menyerah untuk dapat menyesatkan seseorang yang didalam dirinya senantiasa terdapat keikhlasan.
Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (Qs. Al Araaf:16-17)
Artinya: Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (Qs. Al Hijr:39-40)
Syarat diterimanya amal
Dan yang terpenting dari ikhlas yaitu ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya suatu amal ibadah yang kita perbuat. Amal ibadah yang kita lakukan tidak akan pernah diterima oleh Allah SWT, kecuali ada keikhlasan dalam melakukannya. Ketika amal kita diterima oleh Allah maka kita akan menuai hasilnya di akhirat kelak.
“…Beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Qs. Az-Zumar:2)
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus….” (Qs. Al Bayyinah:5)
Tidak ikhlas = Riya’
Lawan dari perbuatan yang ikhlas itu adalah riya’. Riya’ adalah salah satu penyakit hati yang disebut juga dengan syirik kecil. Kenapa disebut dengan syirik kecil karena perbuatan riya’ ditujukan oleh orang yang melakukannya untuk selain Allah SWT, yang dengan kata lain itu adalah syirik karena ada selain Allah yang ditujukan dalam perbuatannya itu.
"Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik paling kecil. Maka beliau ditanya tentang itu. Beliau berkata: Riya" (HR. Ahmad)
Kalau kita coba perhatikan surat yang ke-112 di dalam Al Qur’an itu namanya Al-Ikhlas dan kita semua sudah hafal surat itu tentunya, surat yang isinya sama dengan sepertiga dari Al-Qur’an. Kalau kita cari di dalam surat itu tidak ada kata ikhlas didalamnya, karena inti dari surat tersebut adalah Tauhid yaitu meng-Esa-kan Allah yang berarti tidak ada tuhan selain Allah. Dan itulah Ikhlas melakukan sesuatu hanya untuk Allah yang Maha Esa, bukan untuk yang lainnya.
Sedikit tentang ikhlas ini semoga bisa jadi motivasi khususnya untuk saya pribadi yang berusaha dan selalu berusaha untuk bisa senantiasa ikhlas dalam berbuat.
Wallahu a’lam Bishshawab
08 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar