oleh : Addy Aba Salma
“Anak ana (saya) tadi malam sudah khatam”, begitu kata Pak Iwan (bukan nama sebenarnya), yang terlihat wajahnya sangat senang sekali ketika mengabarkannya. Bagaimana tidak, anaknya Farhat (bukan nama sebenarnya) yang baru berumur 13 tahun itu sudah khatam menghafal Al Qur’an. Ya… anaknya yang baru berumur 13 tahun tersebut sudah khatam menghafal Al Qur’an 30 Juz. Khatam hafalannya bertepatan dengan hari lahirnya yang ke 13 tahun.
Kemudian Pak Iwan memperdengarkan beberapa rekaman di HP nya murotal yang dibawakan oleh Farhat, kakak dari 2 orang adik-adiknya. Subhanallah… bagus sekali suaranya tidak seperti anak yang baru berumur 13 tahun, gumamku dalam hati. Menyusul adiknya yang kedua Farhan (bukan nama sebenarnya), juga akan di kader menjadi seorang Hafidz, yang kini baru menghafal 1 juz Al Qur’an.
Sebelum disekolahkan di SMP Islam Terpadu, ketika masih di SD Islam Farhat sudah hafal 6 Juz, sisanya ia khatamkan ketika di SMP Islam Terpadu, yang sekarang baru duduk di kelas 2 SMP. Dan Pak Iwan pernah bercerita memang di dalam keluarganya, beliau senantiasa mengajak seluruh keluarganya, istri dan anak-anaknya bahkan pembantunya untuk membiasakan tidak meninggalkan untuk membaca Al Qur’an. Dan jadwal membaca Al Qur’an bersama dalam keluarganya adalah selepas shalat Maghrib, setiap harinya.
Hasil dari pendidikan yang ia terapkan kepada keluarga khususnya kepada anak-anaknya membuahkan hasil. Anak-anaknya senang membaca Al Qur’an, dan meningkat bukan hanya untuk membacanya saja tetapi juga untuk menghafalnya. Tentunya juga mencoba untuk mengamalkannya.
Pak Iwan tidak hanya menyuruh anaknya untuk membaca dan mempelajari Al Qur’an, tetapi beliaupun mencontohkannya terlebih dahulu. Beliau juga membaca dan mempelajari Al Qur’an bersama-sama Istri dan anak-anaknya. Dari contoh itulah yang akhirnya anak-anaknya mengikuti dari kebaikan yang ada pada kedua orang tuanya.
Saya pun teringat cerita Pak Iwan beberapa tahun yang lalu tepatnya di bulan Ramadhan ketika ia mendapat jadwal kultum di musholla kantor. Beliau bercerita bahwa ketika anak pertamanya itu masih dalam kandungan ibunya, Dokter yang memeriksa kesehatan kehamilan Istrinya mengabarkan bahwa terdapat kelainan yang di alami oleh janin di dalam kandungan. Oleh karenanya ketika anaknya nanti lahir, akan mengalami kelainan atau kecacatan.
Dokter menyarankan untuk mengaborsi kandungan istrinya. Terlihat berkaca-kaca mata Pak Iwan menceritakan pengalamannya ketika istrinya mengandung anak pertamanya tersebut. Tetapi Pak Iwan tidak mengikuti apa yang disarankan oleh Dokter. Ia serahkan segalanya kepada Allah SWT. Walaupun ketika lahir nanti anaknya akan ada kelainan atau cacat ia akan terima. Daripada harus mengaborsi kandungan, yang sama saja itu dengan membunuh.
Dan akhirnya anak pertamanyapun lahir, diberikannya nama Farhat. Dalam perjalanan pertumbuhannya apa yang dikatakan oleh Dokter itu tidaklah menjadi kenyataan. Malah sebaliknya anak itu tumbuh menjadi anak yang pintar, berprestasi gemilang di kelas. Dan prestasi yang sangat membanggakan itu adalah kini anaknya menjadi seorang Hafidz (hafal Al Qur’an) di usianya yang ke 13 tahun. Usia yang belumlah masuk usia dewasa, tetapi masih dalam usia anak-anak.
Alhamdulillah, keberkahan selalu akan mengiringi. Farhat dijanjikan oleh Ustadz pengasuhnya di SMP Islam Terpadu, jika telah hafal 30 juz akan diberangkatkan Umroh ke tanah suci.
20 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar