oleh: Addy aba Salma
Mana yang kita pilih seandainya kita boleh memilih, antara berjalan di jalan yang tak berduri atau berjalan di jalan yang berduri. Tentunya kita akan memilih jalan yang tak berduri. Karena kita akan lancar tak menemui aral dalam menempuh tujuan perjalanan kita.
Tetapi sayang kita tidak bisa memilih. Jalan yang kita lewati itu hanya ada satu pilihan yaitu jalan yang berduri. Kita dituntut bersungguh-sungguh untuk berhati-hati dalam melewati jalan itu. Jangan sampai ketika kita melewati jalan itu kita terkena duri yang ada. Kita harus mengetahui seperti apa duri-duri itu, tabiat dari duri itu, supaya kita bisa mudah menghindarinya. Dan ketika kita terkena duri itu kita tahu cara mengobatinya. Dengan cara apa supaya kita tidak lagi terkena duri itu dalam perjalanan berikutnya. Supaya perjalanan kita bisa sampai ke tujuan dengan selamat.
Ketahuilah duri-duri itu adalah godaan-godaan syetan yang memiliki tabiat senantiasa mengajak kita selalu untuk berbuat maksiat kepada Allah SWT. Bacalah do’a minimal ta’awudz ”A’udzubillaahi minasysyaithaanirrajiim” (aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk) memohon kepada Allah SWT untuk dilindungi dari godaan syetan, dan berusahalah untuk tidak terbujuk olehnya.
Tetapi terkadang sering sekali kita lengah dari godaannya. Kita terlena dalam rayuannya, yang akhirnya duri itu terinjak oleh kita. Duri itu memang tak membuat rasa sakit pada diri kita, tetapi kelak ketika kita sampai pada akhir perjalanan kita, setelah itu barulah duri itu akan sangat terasa pedih.
Sadarilah dan bersegeralah memohon ampun bertaubat kepada Allah SWT untuk mengobatinya, jangan dibiarkan duri itu terus melekat pada diri kita. Selain itu yang tepenting adalah nikmat iman dan taqwa yang ada dalam diri kita haruslah terus terpelihara, karena dengan cara inilah kita bisa benar dalam menghindari duri-duri yang ada. Dengan bekal iman dan taqwa itu kita akan selamat dalam mengarungi jalan kehidupan di dunia yang fana ini. Kehidupan yang bagaikan jalan yang berduri, kita harus berusaha keras dan bersungguh-sungguh untuk berhati-hati dalam melewatinya. Seperti dalam dialog tentang taqwa antara sahabat Umar bin Khattab ra. dengan Ubay bin Ka’ab.
Umar bin Khattab ra. bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang taqwa, lalu ia bertanya kepadanya: ”Apakah kamu pernah menempuh jalan berduri?”, Umar menjawab: “Pernah”. Ubay bin Ka’ab bertanya: “Apa yang kamu lakukan?”, Umar menjawab: “Aku berusaha keras dan bersungguh-sungguh”. Ubay bin Ka’ab berkata: “Itulah taqwa”.
Dari dialog tersebut Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an berkata: ”Itulah taqwa, kepekaan hati nurani, kebeningan perasaan, rasa takut yang terus-menerus, kehati-hatian yang langgeng, dan kewaspadaan terhadap duri-duri jalan...” (Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Rabbani Press Buku 1 Hal.65)
Perjalanan yang sedang kita lalui ini memang harus melalui jalan yang berduri. Sebagai ujian keimanan dan ketaqwaan bagi kita. Bahkan para nabi dan rasul pun melewati jalan yang berduri itu. Hanya dengan bekal keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT kita akan selamat dalam perjalanan. Karena dengan taqwa kita akan diberikan oleh Allah SWT Furqan, yang dengan itu kita akan dapat membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, mana duri-duri jalan dan mana yang bukan. Karenanya kita akan waspada berhati-hati dalam melewatinya.
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Qs. Al-Anfaal:29)
Dengan taqwa itu juga Allah SWT akan menjadikan untuk kita cahaya, yang dengan cahaya itu dapat membantu kita melihat duri-duri jalan, jangan sampai kita terkena dan menginjaknya.
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Hadiid:28)
Tentunya agar kita selamat dalam perjalanan menuju ke tempat hidup kita yang abadi, tidak ada pilihan selain beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Mulailah untuk memeihara iman dan taqwa itu agar lestari sampai datang hari yang pasti, hari dimana perjalanan kita akan berakhir.
Wallahu a’lam bishshawab
13 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar