aku, diantara yang berjalan di atas punggung bumi, untuk terus BELAJAR

-Addy Aba Salma-

28 Mei 2009

Mentafakuri Rintik Hujan

oleh: Addy Aba Salma

Sewaktu kita masih kecil semasa sekolah dasar dahulu, kita sangat senang sekali dengan yang namanya hujan. Kita bermain hujan-hujanan bersama teman-teman, bermain perang-perangan atau sekedar berlari-lari dan melompat-lompat menikmati rintiknya. Walaupun orang-tua kita melarang tetapi kita cuex saja dan tetap menikmati air hujan itu yang turun secara merintik-rintik.

Bagi kita yang memiliki taman atau kebun kecil di pekarangan rumah yang ditanami tanaman-tanaman buah ataupun tanaman-tanaman hias, kita pun senang ketika hujan turun. Kita tidak perlu menyirami lagi taman atau kebun kita itu, karena sudah disirami oleh hujan yang turun. Anak kita yang masih duduk di bangku TK pun bernyanyi, Tik tik tik bunyi hujan diatas genting, airnya turun tidak terkira... Benar sekali lagu kanak-kanak tersebut, airnya turun tidak terkira, karena memang ribuan bahkan jutaan kubik air hujan yang turun membasahi bumi secara merintik-rintik.

Bukan cuma anak-anak yang senang ketika hujan turun, tetapi para petani juga senang karena hujan akan membantu menyiram hektaran sawah dan ladang yang sedang ditanami padi ataupun buah-buahan. Selain manusia ada juga kawanan hewan yang senang ketika hujan turun, kawanan hewan itu adalah katak, dengarkan saja suaranya yang terdengar sahut-sahutan ketika hujan datang, teot tekdung teot tekdung teot teot tekdung... setidaknya seperti itulah suara katak seperti dalam lagu kanak-kanak.

”Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (Qs. Ar-Ruum:48)

Hujan itu turun berupa butiran-butiran kecil air yang kita sebut sebagai rintik. Subhanallah, Allahuakbar... itulah kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, Dia yang telah menciptakan segala apa yang ada di alam semesta ini. Itulah bukti Rahmat-Nya kepada manusia, hewan dan segala apa yang hidup di bumi. Dia turunkan air yang jumlahnya ribuan bahkan jutaan kubik itu dengan cara merintik. Walaupun derasnya hujan tetap ia berupa rintik.

Terbayangkah kita jika hujan itu turun dari langit tidak dengan merintik. Ribuan bahkan jutaan kubik air itu turun langsung tanpa merintik. Apa yang terjadi jika ribuan bahkan jutaan kubik air hujan itu turun sekaligus. Pasti tidak ada keceriaan anak-anak menikmati senangnya bermain hujan. Tidak ada petani yang senang sawah dan ladangnya disirami air hujan. Tidak ada katak yang terdengar suaranya sahut-sahutan menyambut datangnya hujan. Karena yang ada pastinya kehancuran di sekitar wilayah bumi yang sedang musim penghujan itu.

Tetapi yang coba kita bayangkan itu tidaklah demikian, Allah SWT yang Maha Rahman menciptakan hujan yang turun ke bumi dengan cara merintik. Seberapapun derasnya tetap ia berupa rintik. Rintik hujan yang sepatutnya kita bersyukur kepada-Nya, bersyukur dengan sebenar-benarnya syukur. Bersyukur dengan menggunakan apa saja yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita hanya untuk mencari keridho’an-Nya.

Mungkin karena kita masih jauh dari perintah-Nya, masih suka memperturutkan hawa nafsu, yang kita lakukan tidak untuk mencari keridhoan-Nya dan tak lekas beristighfar, rintik-rintik hujan itu menjadi bencana. Debit air yang tinggi akibat hujan yang turun terus-menerus dengan merintik, mengakibatkan sungai menjadi meluap, tanggul tak kuat menahan tekanan jutaan kubik air. Akhirnya air tumpah kemana-mana mengikuti irama dataran rendah disekelilingnya, menyapu apa yang ada didepannya.

Rintik air hujan yang seharusnya dapat menyirami hektaran sawah dan ladang itu tak lagi bersahabat, karena hujan menyebabkan banjir yang tak terbayangkan, hingga mencapai atap rumah. Panen yang di tunggu tak pernah akan datang, karena padi dan buah-buahan yang di tanam menjadi rusak terkena banjir yang tak kunjung surut.

Tetapi itu semua terjadi karena Allah SWT yang Maha Rahman, memberikan satu peringatan kepada kita semua. Supaya kita mengambil pelajaran darinya, supaya kita lekas untuk beristighfar dan kembali ke jalan-Nya yang lurus, sampai akhirnya Maha Rahim-Nya kita bisa rasakan. Sampai sekarangpun hujan itu turun masih dengan merintik, tanda dari kebesaran dan kekuasaan-Nya. Subhanallah Walhamdulillah Walailahaillallah Wallahuakbar...

”Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang mendengarkan (pelajaran).” (Qs. An-Nahl:65)

Wallahu a’lam bishshawab

0 komentar:

Posting Komentar