aku, diantara yang berjalan di atas punggung bumi, untuk terus BELAJAR

-Addy Aba Salma-

24 September 2009

Ruhiyah Yang Ternuansakan Ramadhan


oleh: Addy Aba Salma

Ramadhan bulan Mulia itu telah berlalu, tak terasa kita lewati yang dalam setiap waktunya penuh dengan keberkahan. Ada yang melewatinya, menjalaninya dengan kedahsyatan ibadah yang tak terlakukan di bulan-bulan selain Ramadhan. Amaliah-amaliah ibadah Ramadhan itu semua dicoba untuk dikerjakan. Dari mulai puasa, qiyamullail, tilawah Qur'an, memberi makanan berbuka, zakat infaq shadaqah, hingga itikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan, semua dapat dengan mudah untuk dikerjakan. Ya karena memang Ramadhan mempunyai daya tarik tersendiri, ada kekuatan yang dahsyat dalam bulan yang Mulia ini. Sehingga banyak orang berlomba-lomba dalam kebaikan Fastabiqul Khairat dalam meraih kemuliaan, keberkahan dan berjuta keutamaan-keutamaan Bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan yang telah terlewati kemarin adalah sebuah bulan pendidikan, Syahruttarbiyah. Kita mengisi setiap waktu-waktu didalamnya dengan amaliah-amaliah ibadah yang dilakukan dengan menghadirkan keikhlasan dan hanya mengharap keridhoaan dari Allah yang Maha Rahman. Didalam rangkaian amaliah-amaliah Ramadhan tersebut kita di didik untuk bisa menjadi seorang mukmin yang bertaqwa kepada Allah SWT untuk modal mengarungi kehidupan selepas Ramadhan. Karena dengan modal taqwa itu kita akan selamat dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Kehidupan yang bagaikan jalan yang penuh dengan duri, kita harus berhati-hati dalam melewatinya. Itulah hakikat ketaqwaan yang pernah disampaikan oleh sahabat Umar bin Khattab ra. dalam suatu dialognya dengan sahabat Ubay bin Kaab ra. Umar bin Khattab ra. pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang taqwa. Ubay ra. menjawab, ”Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh dengan duri?”, “Ya” jawab Umar, Ubay kembali bertanya “Apa yang anda lakukan saat itu?”, “Saya bersiap-siap dan berjalan dengan sangat hati-hati” jawab Umar, “Itulah taqwa” Ubay menegaskan.

Taqwa adalah hasil yang diperoleh oleh orang-orang yang telah lulus menjadi alumni Ramadhan, sukses dengan berbagai macam pendidikan yang ada di dalamnya, tarbiyah Ramadhan.

Kedahsyatan amaliah-amaliah Ramadhan tidak redup seketika bulan Syawal datang menyapa. Menyambut hari pertama Syawal dengan menggemakan Takbir, Tahlil dan Tahmid yang penuh makna dengan senantiasa melantunkan keindahan kalimatnya dengan syahdu yang menggetarkan qalbu ...Allahuakbar Allahuakbar Lailahaillallahu Wallahuakbar Allahuakbar Walillahilhamd... Dan hari Idul Fithri itu adalah hari Rayanya bagi mereka yang senantiasa mengisi Ramadhan dengan ketaatan beribadah kepada-Nya dengan ikhlas dan hanya mengharap keridhoan-Nya. Tetap semangat dalam mengerjakan kedahsyatan amaliah-amaliah ibadah Ramadhan itu dalam bulan-bulan selepasnya. Mereka yang seperti itu adalah jiwa-jiwa yang ruhiyahnya ternuansakan Ramadhan. Yang dengan itu taqwa yang terraih akan senantiasa terjaga.

Kedahsyatan amaliah-amaliah Ramadhan itu tetap berlanjut. Rasulullah masih mengajarkan umatnya untuk mengisi bulan Syawal berpuasa, yaitu puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Dari Abu Ayyub ra. bahwasannya Rasulullah bersabda “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan kemudian diikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun”. (HR. Muslim).

Dan ada puasa sunah yang Rasulullah ajarkan juga kepada kita, yang Rasulullah senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah meninggalkannya, yaitu puasa sunah senin-kamis dan puasa sunah ayyamul bidh (puasa tanggal 13,14,15 setiap bulan Hijriyah).

Dari ‘Aisyah ra. berkata “Rasulullah SAW senantiasa bersungguh-sungguh dalam puasa senin-kamis”. (HR At-Tirmidzi)

Dari Abu Darda’ ra. berkata “Kekasihku Rasulullah SAW berpesan kepada saya untuk sama sekali tidak meninggalkan tiga hal selama saya hidup yaitu: puasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha dan supaya saya tidak tidur sebelum mengerjakan shalat witir”. (HR. Muslim)

Dari Qatadah bin Milhan ra. berkata “Rasulullah SAW menyuruh kami untuk puasa pada Ayyamul Bidh yakni tanggal 13, 14 dan 15” (HR Abu Daud)

Yang kalau kita jumlahkan jumlah puasa sunah dalam bulan Syawal ini lebih kurang 15 hari yang berarti separuh dari bulan Syawal dapat ternuansakan Ramadhan dengan puasa sunah (puasa sunah Syawal dikerjakan 6 hari berturut-turut setelah hari Raya Idul Fithri -menurut Syafi’iyah dan Hanafiyah ini yang lebih afdhal-). Begitupun dalam bulan-bulan sesudah Syawal, puasa senin-kamis, puasa ayyamul bidh, puasa arafah dan puasa sunah lainnya walaupun ibadah sunah senantiasa berusaha untuk mengerjakannya.

Begitu juga dengan tilawah Qur'an di bulan Ramadhan, setiap masjid terdengar orang membaca Al Qur’an, tadarus Qur’an bersama-sama jama’ah masjid. Bahkan dirumah-rumah juga terdengar lantunan bacaan ayat suci Al Qur’an. Mereka berusaha untuk dapat mengkhatamkan Al Qur’an dalam bulan Ramadhan walaupun hanya sekali, ada juga yang dapat mengkhatamkan Al Qur’an lebih dari sekali. Semoga kedahsyatan amaliah itu juga tidak redup seketika bulan Ramadhan berlalu. Tetapi masih bisa melakukannya, membacanya di bulan-bulan selepasnya. Karena tilawah Qur'an adalah ibadah yang paling utama umat Nabi Muhammad SAW, Rasulullah pernah bersabda “Ibadah ummatku yang paling utama adalah membaca Al-Qur'an." (HR. Baihaqi)

Membaca saja sudah menjadi keutamaan apalagi kita mempelajarinya dan mengajarkannya. Sebaik-baik manusia adalah sebutan yang disematkan Rasulullah SAW kepada mereka yang mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an, seperti yang pernah disabdakannya "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya".(HR. Bukhari)

Bagi yang masih terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an, terus berlatih untuk bisa lancar dalam membacanya dan dua pahala akan didapat untuk mereka yang membaca Al Qur’an dengan terbata-bata, “Seseorang yang membaca Al-Qur’an yang mahir dalam membacanya bersama malaikat yang diutus, yang mulia lagi senantiasa berbuat taat, dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan kesulitan akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim)

Tilawah Qur’an dalam setiap huruf yang dibaca akan mendapat satu kebaikan, dan setiap kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat. Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Kitab (Al Qur’an) maka ia mendapat satu kebaikan. Setiap kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, Mim satu huruf”. (HR. At-Tirmidzi)

Minimal kita dapat mengkhatamkan Al Qur'an sekali dalam setiap bulannya. Yang dengan itu berarti pendidikan di bulan Ramadhan, tarbiyah yang dilakukan dalam Ramadhan kemarin berbekas pada diri kita. Bulan-bulan selepasnya kita coba usahakan ternuansakan Ramadhan dengan senantiasa tilawah Qur’an. Dan semoga di yaumul akhir kelak kita adalah golongan orang-orang yang mendapatkan syafaat dengan Al Qur’an karena kita senantiasa membacanya ketika di dunia.

“Bacalah al Qur’an karena sesungguhnya Al Qur’an itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi Syafaat kepada orang yang membacanya” (HR Muslim)

Begitu pula amaliah-amaliah ibadah lainnya seperti shalat berjamaah di masjid dan qiyamullail. Dalam bulan Ramadhan masjid penuh sampai melebihi kapasitas ruang shalat yang ada di dalam masjid dan masih banyak lagi yang harus shalat di teras masjid dan halaman luar masjid, Subhanallah… Dan mereka yang ruhiyahnya ternuansakan Ramadhan akan tetap menjalankan shalat-shalatnya senantiasa berjama’ah di masjid. Sungguh ada kekuatan dahsyat ketika kita senantiasa shalat berjama’ah di masjid selain ukhuwah diantara jama’ah juga banyak hadist berbicara pentingnya shalat secara berjama’ah.

”Shalat berjamaah itu lebih utama dari pada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”. (HR. Bukhari Muslim).

“Barangsiapa yang shalat Isya’ berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat setengah malam. Dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim)

Dalam Ramadhan kemarin masjid juga terisi penuh terpadati orang-orang yang ingin menjalankan shalat tarawih. Shalat tarawih adalah qiyamullail yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Berlalunya bulan Ramadhan bukan berarti kita berhenti melakukan qiyamullail, tetapi tetaplah kita ternuansakan Ramadhan di malam-malam hari diluar bulan Ramadhan dengan qiyamullail.

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah Puasa pada bulan Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat pada waktu malam”. (HR. Muslim)

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (Qs. Al Israa' : 79)

Dan sederet amaliah-amaliah ibadah lainnya yang kita kerjakan di Ramadhan kemarin, di luar Ramadhan pun kita tetap mengerjakannya. Kita jadikan bulan-bulan di luar Ramadhan ternuansakan Ramadhan dengan kita tetap mengerjakan amaliah-amaliah ibadah tersebut. Mengerjakannya dengan istimrariyyah atau terus-menerus walaupun sedikit, dan yang seperti itulah amalan yang disukai oleh Allah SWT. Bertanya Aisyah ra. "Amalan apa yang paling disukai Allah Ta’ala” Jawab Rasulullah “Amalan yang dikerjakan terus menerus walaupun sedikit”. (HR. Bukhari)

Dahsyatkan amaliah ibadah kita dengan melakukannya dengan istimrariyyah, terus-menerus, kontinyu walaupun sedikit. Semoga dengan itu dalam hari-hari diluar bulan Ramadhan yang telah berlalu ruhiyah kita tetap ternuansakan Ramadhan. Semoga keistiqamahan kita dalam mengerjakan amaliah-amaliah ibadah tersebut diberikan pahala yang lebih baik dan ganjaran berupa kehidupan yang baik, kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl : 97)

Wallahu a’lam bishshawab

20 September 2009

Kumandang Adzan Maghrib Satu Syawwal


oleh: Addy Aba Salma

kumandang adzan maghrib satu syawwal
akhir dari satu diantara dua kebahagiaan
kebahagiaan bagi mereka perindu syurga
kebahagiaan berjumpa waktu berbuka

ya Allah, kebahagiaan berjumpa dengan-Mu adalah kebahagiaan yang kunanti

kumandang adzan maghrib satu syawwal
akhir dari bulan penuh kemuliaan
kemuliaan bagi mereka perindu syurga
kemuliaan yang tiada dibulan-bulan selepasnya

ya Allah, kemuliaan di dunia dan juga akhirat semoga kumiliki

kumandang adzan maghrib satu syawwal
akhir dari bulan yang datangnya dirindukan
dirindukan bagi mereka perindu syurga
dirindukan dalam setiap lantunan indah do'a-do'a

ya Allah, semoga Engkau pertemukan aku dengan ramadhan kembali

kumandang adzan maghrib satu syawwal
awal dari sebuah makna kemenangan
kemenangan bagi mereka alumni ramadhan sejati
kemenangan yang senantiasa terharap dalam hati

ya Allah, nikmat hari kemenangan itu telah teranugrahkan dan kurasakan kini

kumandang adzan maghrib satu syawwal
awal dari jiwa yang menjadi fithri
fithri bagi mereka alumni ramadhan sejati
fithri yang tersibghah ketaqwaan rabbani

ya Allah, istiqamahkan aku selalu dalam menjaga fithri yang terraih ini

kumandang adzan maghrib satu syawwal
awal dari jalan panjang dalam menjalani kehidupan
kehidupan bagi mereka alumni ramadhan sejati
kehidupan yang ternuansakan ramadhan abadi

ya Allah, akan berusaha kucoba hadirkan ramadhan itu dalam mengisi hari

19 September 2009

Puisi Jelang Idul Fithri


oleh: Addy Aba Salma

ramadhan sebulan terlalui
waktu jua yang menghendaki
berganti hari raya fitri
hari rayanya alumni ramadhan sejati

semoga kita adalah yang sejati
yang terhiasi nuansa rabbani
yang tersibghoh kemuliaan disisi Ilahi
yang merindukan sua ramadhan kembali

Rabbi... sejuta asa dihati
semoga Kau terima semua amal diri
yang mencoba ikhlas dalam menjalani
tuk hanya mengharap ridho-Mu Ilahi

11 September 2009

Antara Semangat BADAR dan Semangat BODOR


oleh: Addy Aba Salma

Perang Badar terjadi di bulan Ramadhan tahun ke 2 Hijriah. Rasulullah SAW dan para sahabat sedang melakukan shaum. Mereka senantiasa beribadah sebenar-benarnya, menyimpuhkan diri, menundukkan hati, memohon kepada Allah SWT atas pertolongan-Nya kepada mereka yang akan menghadapi pasukan kafir Quraisy yang berjumlah tiga kali lipat pasukan kaum muslimin.

Tidak ada canda dan tawa. Dalam mengisi hari-harinya tidak ada kesia-siaan yang terlakukan. Mereka coba untuk lebih dekat dan lebih dekat lagi kepada sang Maha Pencipta, Allahu Rabbul ‘Alamin. Dan ketika perang Badar itu benar-benar terjadi, Allah SWT menurunkan pertolongannya, memenangkan mereka kaum muslimin, Allahu Akbar... sebuah keberkahan di dalam bulan Ramadhan.

Begitulah seharusnya kita, menghadirkan semangat Badar dalam mengisi hari di bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkahan ini. Mencoba mengisi harinya dengan tidak menyiakan waktu-waktu yang ada. Mengisinya dengan tilawah qur’an, qiyamullail, juga amaliah-amaliah Ramadhan lainnya, dan jangan lewatkan waktu-waktu terkabulnya do’a yang kita panjatkan di bulan Ramadhan ini. Berdo’a untuk diri kita dan keluarga, juga berdoa untuk kaum muslimin di berbagai belahan bumi islam yang sedang tertindas.

Tetapi tantangan untuk bisa melakukan itu semua bisa hampa tak terraih oleh kita. Karena dari semenjak sahur sampai berbuka hingga sampai sahur kembali begitu banyak acara-acara Ramadhan di televisi yang mengemasnya dengan acara gelak tawa. Yang semua itu sebenarnya bisa menghilangkan konsentrasi kita untuk dapat khusu’ beribadah di bulan Ramadhan ini.

Acara-acara televisi itu menjadikan Ramadhan yang seharusnya disemangati dengan semangat BADAR menjadi semangat BODOR. Begitulah apa yang bisa sama-sama kita lihat dalam acara-acara televisi dalam bulan Ramadhan ini.

Di waktu sahur kita lupa untuk menambah kualitas ibadah kita dengan amaliah-amaliah Ramadhan yang bisa kita lakukan pada waktu ini, karena kita menunggu waktu sahur dengan gelak tawa, dan tidak juga kita manfaatkan untuk memohon do’a kepada Allah SWT. Ketahuilah sesungguhnya dalam waktu sahur terdapat keberkahan di dalamnya. Seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur terdapat barakah.” (Muttafaqun ‘alaih)

Di waktu berbuka pun kita lupa memanfaatkan waktunya untuk memanjatkan do’a, karena kita menyambut berbuka dengan acara gelak tawa, hilang konsentrasi kita untuk memohon do’a kepada Allah SWT.

“Sesungguhnya bagi orang yang shaum saat ia berbuka, do’anya tidak tertolak” (HR. Ibnu Majah)

Kita sudah memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan. Masihkah kita tertarik dengan gelak tawa acara televisi, ataukah kita adalah diantara orang-orang yang mencoba menyimpuhkan diri, menundukkan hati, memaksimalkan waktu yang tersisa untuk lebih dekat kepada Allahu Rabbul Izzati dengan beribadah, ber-i’tikaf menggapai keberkahan di malam-malam terakhirnya, menggapai lailatul qadr yang dinanti.

Tentunya antara semangat BADAR dan semangat BODOR dalam mengisi hari-hari dalam bulan Ramadhan ini akan terlihat dari perbedaan hasil yang akan kita raih selepas Ramadhan nanti. Semoga kita adalah diantara orang-orang yang mendapatkan keberkahan di sepuluh hari terakhir Ramadhan, meraih keutamaan lailatul qadr. Meninggalkan Ramadhan sebagai alumni Ramadhan sejati, menjadi insan yang bertaqwa. Yang layak merayakan hari kemenangan, Hari Raya 'Idul Fithri.

Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Wallahu’alam Bishshawab

10 September 2009

Sepuluh Hari Terakhirnya Begitu Kita Rindukan


oleh: Addy Aba Salma

Banyak umat islam di bulan Ramadhan ini merasa berat melakukan macam-macam ibadah selain puasa dan shalat yang seharusnya dilakukan untuk mengisi waktu-waktu di dalam bulan yang penuh keberkahan ini. Merasa berat karena mungkin melihat jumlah hari dalam sebulan Ramadhan yang berjumlah 29 atau 30 hari tersebut. Dalam sebulan penuh kita harus berpuasa ditambah shalat, tilawah qur’an, shadaqah, itikaf, qiyamul lail dll. Padahal jumlah sebulan dalam bulan Ramadhan yang cuma 30 hari tersebut, jika dibandingkan dengan jumlah hari dalam setahun 365 hari dalam hitungan Masehi atau lebih kurang 355 hari dalam hitungan Hijriah, 30 hari Ramadhan tidaklah begitu berat untuk dijalankan.

30 hari kita maksimalkan untuk senantiasa dalam ketaatan dengan beribadah kepada-Nya, untuk mencoba menghapus dosa selama 325 hari yang mungkin kita masih banyak lalai, khilaf dan lupa kepada yang telah menciptakan kita, yang telah menghidupkan kita, yang telah memberikan begitu banyak nikmat kepada kita dan yang akan mematikan kita jika memang sudah waktunya kita kembali kepada-Nya, Dialah Allah SWT Rabbul ‘Alamin Tuhan Semesta Alam.

Kalaulah memang kita merasa “berat” dalam menjalani rutinitas ibadah Ramadhan ketahuilah bahwa Allah menjanjikan ganjaran pahala yang “berat” pula dan berlipat dari apa yang telah kita kerjakan dari rutinitas ibadah yang kita merasa “berat” itu. Subhanallah.

Ramadhan berasal dari kata “Ramadh” yang berarti panas yang amat sangat terik. “Ramadh” sangat dibutuhkan oleh pohon kurma untuk membantu dalam proses pertumbuhan buah kurma menjadi masak. Ramadhan adalah bulan dimana orang beriman sangatlah membutuhkannya untuk sarana ibadah, sarana pembinaan, sarana muhasabah untuk kemudian selepas bulan Ramadhan kita akan menjadi orang-orang beriman yang “masak” dalam artian orang-orang beriman yang bertaqwa. Seperti apa yang di firmankan Allah SWT di dalam Al-Qur’an ayat perintah puasa yang kita semua sama-sama sudah hafal, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (Qs Al-Baqarah:183)

Di dalam sepuluh terakhir Ramadhan bulan yang Mulia ini Allah SWT menyimpan Lailatul Qadr malam yang senilai seribu bulan. Kita disuruh untuk mencarinya dimalam-malam yang ganjil, malam ke-21, ke-23, ke-25, ke-27, ke-29, terutama sekali di malam ke-27 seperti yang disabdahkan oleh Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang ingin berjaga-jaga dan bertemu dengan Lailatul Qadr, maka berjaga-jagalah pada malam ke dua puluh tujuh” (HR. Ahmad)

Sungguh dahsyat ganjaran yang Allah SWT janjikan, seribu bulan yang kalau dikonversikan kedalam tahun sekitar 83 tahun 4 bulan, “Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (Qs. Al Qadr:2-3). Rata-rata umur kita sekitar 60 tahunan, sedikit yang bisa mencapai umur sampai 80 tahun apalagi 100 tahun kalaulah ada dapatlah dihitung dengan jari. Jika kita mendapatkan malam kemuliaan itu (insya Allah) berarti ganjaran yang Allah berikan kepada kita melebihi dari umur kita yang sekarang ini. Umur yang lebih banyak maksiatnya daripada ketaatannya dan mungkin sedikit sekali ketaatan dalam beribadah yang diterima oleh Allah SWT. Oleh karenanya seribu bulan yang dijanjikan oleh Allah itu jangan sampai terlewatkan oleh kita. Raih dengan mengharap keridhoan-Nya, tanamkan keikhlasan di hati.

Dan Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahwa orang-orang yang shalat pada malam yang penuh dengan keberkahan dan kemuliaan itu Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu, “Barangsiapa yang mendirikan sholat pada Lailatul Qadr (malam Qadr) dengan keimanan dan mengharap keridhoan-Nya, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari Muslim)

Tetapi sangat sedikit yang mencoba mencari dan meraih malam Lailatul Qadr itu. Mencari dan meraihnya dengan beri’tikaf didalam masjid. Dengan memaksimalkan sisa hari dan waktu di dalam bulan Ramadhan ini yang tersisa untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, menyibukkan diri dalam ketaatan pada-Nya dengan tilawatul qur’an, qiyamul lail dan amaliah-amaliah yang lainnya. Kebanyakan dari kita di sepuluh terakhir Ramadhan sibuk dengan mudik lebaran, sibuk dengan pergi ke mall untuk belanja baju baru, sibuk dengan memadati meja tamu dengan toples-toples kue beraneka rasa, sibuk dengan memenuhi lemari es dirumah dengan bermacam minuman dan makanan untuk persiapan hari lebaran, yang belum tentu hari lebaran itu dapat kita rasakan karena kita tidak bisa mengetahui pastinya apakah besok hari Allah SWT masih memberikan umur panjang kepada kita semua.

Ramadhan adalah anugrah terindah yang Allah SWT berikan kepada kita, Allah masih sayang kepada kita, Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bisa merasakan kembali nikmatnya beribadah dalam Ramadhan tahun ini. Jangan sia-siakan waktunya terbuang percuma. Semoga Allah SWT memberikan kita nikmat umur panjang hingga kita dapat merasakan sebulan penuh Ramadhan. Sepuluh hari terakhirnya begitu kita rindukan, semoga seribu bulan itu terlabuh pada diri-diri kita dan kelak di akhirat kita bisa memasuki syurga-Nya melalui pintu Ar-Rayyan dan nikmat kebahagiaan tiada tara berjumpa dengan Allah SWT. Amin… Amin… Ya Rabbal ‘Alamin

Wallahu a’lam bishshawab

07 September 2009

Ar Ruhul Badar


oleh: Addy Aba Salma

kulihat keyakinanmu
tinggi mengangkasa
yakini kebenaran
janji ar rahman

kulihat semangatmu
dahsyat membuncah
semangat tuk kalahkan
semua kezhaliman

bilanganmu yang sedikit
tak membuat surut langkah
terus melaju rapat barisan
menuju medan jihad kemenangan

kulihat musuhmu
tiga kali bilanganmu
tapi tak bernyali
kalah terhinakan

kulihat izzahmu
tersyiar dibelahan negeri
menjadikan bukti
kebesaran rabbul izzati

lembah badar menjadi saksi
kekuatan yang hakiki
buah dari keyakinan
semangat dan kesabaran

04 September 2009

Sepenggal Sirah Perang Badar


oleh: Addy Aba Salma

Kurang lebih satu setengah abad yang silam, tepatnya tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriah perang Badar terjadi, perang yang sangat tidak seimbang sebenarnya. Jumlah pasukan yang Rasulullah SAW kerahkan sekitar 313 prajurit dengan 70 ekor unta dan hanya 3 ekor kuda. Kebanyakan dari prajurit itu terdiri dari penduduk asli Madinah. 70 ekor unta dan 3 ekor kuda itu digunakan secara bergantian untuk kendaraan tunggangan dalam perang tersebut. Itulah kekuatan pasukan yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW dalam perang Badar.

Coba bandingkan kekuatan perang pasukan Quraisy pimpinan Abu Sofyan, mereka dibantu pasukan dari Makkah dengan kekuatan 1.000 orang tentara, 600 orang di antaranya berkuda (kavaleri) yang merangkap sebagai kompi perbekalan (logistik), dan 300 orang tentara cadangan yang merangkap sebagai regu musik. Di samping itu mereka juga membawa 700 ekor unta. Regu musiknya sepanjang jalan menggemakan lagu-lagu perang, terutama yang berisikan ejekan terhadap Rasulullah SAW. dan kaum Muslimin.

Perang ini bermula dari kesalahpahaman kafilah dagang kaum Musyrikin Makkah yang sedang kembali dari Syam menuju Makkah. Rasulullah memerintahkan sejumlah sahabatnya untuk mengamati kafilah Quraisy yang sedang lewat di wilayah Madinah itu tanpa bermaksud untuk berperang di bawah pimpinan Rasulullah SAW sendiri.

Selama perang Badar berlangsung pihak Quraisy mengalami kekalahan, kurang lebih 70 orang terbunuh, termasuk orang yang paling musyrik, Abu Jahal dan pemimpin Quraisy lainnya, 70 orang dari mereka tertawan. Rasulullah memerintahkan untuk memakamkan mayat-mayat tentara dalam peperangan itu, setelah itu kembalilah Rasulullah SAW dan para sahabat ke Madinah dengan membawa ghanimah yang sangat banyak dan kemenangan tentunya. Allahu Akbar

Berkenaan dengan perang Badar ini Allah SWT menurunkan ayat, “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Perang Badar, padahal kamu pada waktu itu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah supaya kamu mensyukurinya. Cukuplah jika kamu sabar dan siaga, dan mereka datang menyerang kamu seketika itu juga niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Ingatlah ketika kamu mengatakan kepada orang-orang Mukmin, apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit). Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi kemenanganmu dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Untuk membinasakan golongan orang-orang kafir, atau untuk menjadikan mereka itu hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa.” (QS. Ali Imran:123-127)

Wallahu a’lam bishshawab