aku, diantara yang berjalan di atas punggung bumi, untuk terus BELAJAR

-Addy Aba Salma-

24 September 2009

Ruhiyah Yang Ternuansakan Ramadhan


oleh: Addy Aba Salma

Ramadhan bulan Mulia itu telah berlalu, tak terasa kita lewati yang dalam setiap waktunya penuh dengan keberkahan. Ada yang melewatinya, menjalaninya dengan kedahsyatan ibadah yang tak terlakukan di bulan-bulan selain Ramadhan. Amaliah-amaliah ibadah Ramadhan itu semua dicoba untuk dikerjakan. Dari mulai puasa, qiyamullail, tilawah Qur'an, memberi makanan berbuka, zakat infaq shadaqah, hingga itikaf sepuluh hari terakhir Ramadhan, semua dapat dengan mudah untuk dikerjakan. Ya karena memang Ramadhan mempunyai daya tarik tersendiri, ada kekuatan yang dahsyat dalam bulan yang Mulia ini. Sehingga banyak orang berlomba-lomba dalam kebaikan Fastabiqul Khairat dalam meraih kemuliaan, keberkahan dan berjuta keutamaan-keutamaan Bulan Ramadhan.

Bulan Ramadhan yang telah terlewati kemarin adalah sebuah bulan pendidikan, Syahruttarbiyah. Kita mengisi setiap waktu-waktu didalamnya dengan amaliah-amaliah ibadah yang dilakukan dengan menghadirkan keikhlasan dan hanya mengharap keridhoaan dari Allah yang Maha Rahman. Didalam rangkaian amaliah-amaliah Ramadhan tersebut kita di didik untuk bisa menjadi seorang mukmin yang bertaqwa kepada Allah SWT untuk modal mengarungi kehidupan selepas Ramadhan. Karena dengan modal taqwa itu kita akan selamat dalam mengarungi kehidupan di dunia yang fana ini. Kehidupan yang bagaikan jalan yang penuh dengan duri, kita harus berhati-hati dalam melewatinya. Itulah hakikat ketaqwaan yang pernah disampaikan oleh sahabat Umar bin Khattab ra. dalam suatu dialognya dengan sahabat Ubay bin Kaab ra. Umar bin Khattab ra. pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang taqwa. Ubay ra. menjawab, ”Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh dengan duri?”, “Ya” jawab Umar, Ubay kembali bertanya “Apa yang anda lakukan saat itu?”, “Saya bersiap-siap dan berjalan dengan sangat hati-hati” jawab Umar, “Itulah taqwa” Ubay menegaskan.

Taqwa adalah hasil yang diperoleh oleh orang-orang yang telah lulus menjadi alumni Ramadhan, sukses dengan berbagai macam pendidikan yang ada di dalamnya, tarbiyah Ramadhan.

Kedahsyatan amaliah-amaliah Ramadhan tidak redup seketika bulan Syawal datang menyapa. Menyambut hari pertama Syawal dengan menggemakan Takbir, Tahlil dan Tahmid yang penuh makna dengan senantiasa melantunkan keindahan kalimatnya dengan syahdu yang menggetarkan qalbu ...Allahuakbar Allahuakbar Lailahaillallahu Wallahuakbar Allahuakbar Walillahilhamd... Dan hari Idul Fithri itu adalah hari Rayanya bagi mereka yang senantiasa mengisi Ramadhan dengan ketaatan beribadah kepada-Nya dengan ikhlas dan hanya mengharap keridhoan-Nya. Tetap semangat dalam mengerjakan kedahsyatan amaliah-amaliah ibadah Ramadhan itu dalam bulan-bulan selepasnya. Mereka yang seperti itu adalah jiwa-jiwa yang ruhiyahnya ternuansakan Ramadhan. Yang dengan itu taqwa yang terraih akan senantiasa terjaga.

Kedahsyatan amaliah-amaliah Ramadhan itu tetap berlanjut. Rasulullah masih mengajarkan umatnya untuk mengisi bulan Syawal berpuasa, yaitu puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Dari Abu Ayyub ra. bahwasannya Rasulullah bersabda “Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan kemudian diikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun”. (HR. Muslim).

Dan ada puasa sunah yang Rasulullah ajarkan juga kepada kita, yang Rasulullah senantiasa mengerjakannya dan tidak pernah meninggalkannya, yaitu puasa sunah senin-kamis dan puasa sunah ayyamul bidh (puasa tanggal 13,14,15 setiap bulan Hijriyah).

Dari ‘Aisyah ra. berkata “Rasulullah SAW senantiasa bersungguh-sungguh dalam puasa senin-kamis”. (HR At-Tirmidzi)

Dari Abu Darda’ ra. berkata “Kekasihku Rasulullah SAW berpesan kepada saya untuk sama sekali tidak meninggalkan tiga hal selama saya hidup yaitu: puasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha dan supaya saya tidak tidur sebelum mengerjakan shalat witir”. (HR. Muslim)

Dari Qatadah bin Milhan ra. berkata “Rasulullah SAW menyuruh kami untuk puasa pada Ayyamul Bidh yakni tanggal 13, 14 dan 15” (HR Abu Daud)

Yang kalau kita jumlahkan jumlah puasa sunah dalam bulan Syawal ini lebih kurang 15 hari yang berarti separuh dari bulan Syawal dapat ternuansakan Ramadhan dengan puasa sunah (puasa sunah Syawal dikerjakan 6 hari berturut-turut setelah hari Raya Idul Fithri -menurut Syafi’iyah dan Hanafiyah ini yang lebih afdhal-). Begitupun dalam bulan-bulan sesudah Syawal, puasa senin-kamis, puasa ayyamul bidh, puasa arafah dan puasa sunah lainnya walaupun ibadah sunah senantiasa berusaha untuk mengerjakannya.

Begitu juga dengan tilawah Qur'an di bulan Ramadhan, setiap masjid terdengar orang membaca Al Qur’an, tadarus Qur’an bersama-sama jama’ah masjid. Bahkan dirumah-rumah juga terdengar lantunan bacaan ayat suci Al Qur’an. Mereka berusaha untuk dapat mengkhatamkan Al Qur’an dalam bulan Ramadhan walaupun hanya sekali, ada juga yang dapat mengkhatamkan Al Qur’an lebih dari sekali. Semoga kedahsyatan amaliah itu juga tidak redup seketika bulan Ramadhan berlalu. Tetapi masih bisa melakukannya, membacanya di bulan-bulan selepasnya. Karena tilawah Qur'an adalah ibadah yang paling utama umat Nabi Muhammad SAW, Rasulullah pernah bersabda “Ibadah ummatku yang paling utama adalah membaca Al-Qur'an." (HR. Baihaqi)

Membaca saja sudah menjadi keutamaan apalagi kita mempelajarinya dan mengajarkannya. Sebaik-baik manusia adalah sebutan yang disematkan Rasulullah SAW kepada mereka yang mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an, seperti yang pernah disabdakannya "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya".(HR. Bukhari)

Bagi yang masih terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an, terus berlatih untuk bisa lancar dalam membacanya dan dua pahala akan didapat untuk mereka yang membaca Al Qur’an dengan terbata-bata, “Seseorang yang membaca Al-Qur’an yang mahir dalam membacanya bersama malaikat yang diutus, yang mulia lagi senantiasa berbuat taat, dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan kesulitan akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim)

Tilawah Qur’an dalam setiap huruf yang dibaca akan mendapat satu kebaikan, dan setiap kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat. Seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Kitab (Al Qur’an) maka ia mendapat satu kebaikan. Setiap kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, Mim satu huruf”. (HR. At-Tirmidzi)

Minimal kita dapat mengkhatamkan Al Qur'an sekali dalam setiap bulannya. Yang dengan itu berarti pendidikan di bulan Ramadhan, tarbiyah yang dilakukan dalam Ramadhan kemarin berbekas pada diri kita. Bulan-bulan selepasnya kita coba usahakan ternuansakan Ramadhan dengan senantiasa tilawah Qur’an. Dan semoga di yaumul akhir kelak kita adalah golongan orang-orang yang mendapatkan syafaat dengan Al Qur’an karena kita senantiasa membacanya ketika di dunia.

“Bacalah al Qur’an karena sesungguhnya Al Qur’an itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi Syafaat kepada orang yang membacanya” (HR Muslim)

Begitu pula amaliah-amaliah ibadah lainnya seperti shalat berjamaah di masjid dan qiyamullail. Dalam bulan Ramadhan masjid penuh sampai melebihi kapasitas ruang shalat yang ada di dalam masjid dan masih banyak lagi yang harus shalat di teras masjid dan halaman luar masjid, Subhanallah… Dan mereka yang ruhiyahnya ternuansakan Ramadhan akan tetap menjalankan shalat-shalatnya senantiasa berjama’ah di masjid. Sungguh ada kekuatan dahsyat ketika kita senantiasa shalat berjama’ah di masjid selain ukhuwah diantara jama’ah juga banyak hadist berbicara pentingnya shalat secara berjama’ah.

”Shalat berjamaah itu lebih utama dari pada shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”. (HR. Bukhari Muslim).

“Barangsiapa yang shalat Isya’ berjamaah maka seakan-akan dia telah shalat setengah malam. Dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim)

Dalam Ramadhan kemarin masjid juga terisi penuh terpadati orang-orang yang ingin menjalankan shalat tarawih. Shalat tarawih adalah qiyamullail yang dilakukan pada bulan Ramadhan. Berlalunya bulan Ramadhan bukan berarti kita berhenti melakukan qiyamullail, tetapi tetaplah kita ternuansakan Ramadhan di malam-malam hari diluar bulan Ramadhan dengan qiyamullail.

“Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah Puasa pada bulan Muharram dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat pada waktu malam”. (HR. Muslim)

“Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (Qs. Al Israa' : 79)

Dan sederet amaliah-amaliah ibadah lainnya yang kita kerjakan di Ramadhan kemarin, di luar Ramadhan pun kita tetap mengerjakannya. Kita jadikan bulan-bulan di luar Ramadhan ternuansakan Ramadhan dengan kita tetap mengerjakan amaliah-amaliah ibadah tersebut. Mengerjakannya dengan istimrariyyah atau terus-menerus walaupun sedikit, dan yang seperti itulah amalan yang disukai oleh Allah SWT. Bertanya Aisyah ra. "Amalan apa yang paling disukai Allah Ta’ala” Jawab Rasulullah “Amalan yang dikerjakan terus menerus walaupun sedikit”. (HR. Bukhari)

Dahsyatkan amaliah ibadah kita dengan melakukannya dengan istimrariyyah, terus-menerus, kontinyu walaupun sedikit. Semoga dengan itu dalam hari-hari diluar bulan Ramadhan yang telah berlalu ruhiyah kita tetap ternuansakan Ramadhan. Semoga keistiqamahan kita dalam mengerjakan amaliah-amaliah ibadah tersebut diberikan pahala yang lebih baik dan ganjaran berupa kehidupan yang baik, kehidupan yang baik di dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl : 97)

Wallahu a’lam bishshawab

0 komentar:

Posting Komentar